Sinopsis :
Film ini
berkisah tentang seorang veteran pejuang kemerdekaan yang hidup sederhana dan
berprofesi sebagai penjahit, kakek itu bernama Syarif yang keturunan Cina,
beliau mendapatkan pesanan untuk membuat bendera merah putih dari seorang
mahasiswa bernama Ari. Karena keteledorannya, bendera merah putih yang tadi
telah selesai ia kerjakan tertumpahan kopi. Jiwa patriotisme-nya pun tergugah,
merah putih haruslah sempurna. Ia lalu mulai mencari cara menggantikan kain putih yang tertumpah kopi
tadi. Karena hari terlampau dini belum ada 1 toko kain pun yang buka, akhirnya
terbesit ide untuk menggunakan seprei berwarna putih miliknya. Hari telah pagi
si pemesan datang untuk mengambil pesanannya, karena belum selesai di jahit Pak
Syarif meminta ia menunggu sebentar saja sampai ia selesai. Kala menunggu mata
si pemesan tertuju pada bendera merah putih yang tadi tertumpahan kopi.
Walaupun tidak sempurna si pemesan tetap mengambil bendera dan menggunakannya
dalam aksi demonstrasi besar-besaran yang berujung ricuh dan merah putih
terinjak-injak. Pak Syarif yang melihat dari tayangan TV tetangganya hanya bisa
bersedih memikirkan nasib sang merah putih yang sangat ia jaga kesuciannya,
merah putih yang melambangkan usaha para pejuang memerdekaan Indonesia di usung
dengan tidak hormat.
Nilai-nilai yang terkandung :
· Nilai moral :
Rasa tanggung
jawab Pak Syarif atas pekerjaannya
yaitu untuk menyelesaikan jahitan
bendera merah putih walaupun terdapat masalah dalam penyelesaiaannya.
· Nilai patriotisme dan nasionalisme :
Ketika Pak
Syarif melihat bendera merah putih yang telah di jahit nya terkena tumpahan
kopi meskipun tumpahan itu terkena tidak pada semua sisi bendera namun pak
syarif mau bendera merah putih tersebut sempurna dengan warna merah dan
putihnya.
Pak Syarif
merasa sedih karena bendera yang ia jaga kehormatannya terinjak-injak sehingga ia tergugah untuk
menyelesaikan bendera merah putih yang belum selesai ia kerjakan.
Pesan moral :
Pesan yang
ingin disampaikan dalam film ini adalah bahwa jiwa patriotisme dan nasionalisme
tidak terbatas, tidak memandang suku, etnis, dan agama. Kegigihan Pak Syarif mempertahankan jiwa
patriotisme perlu menjadi contoh bagi seluruh masyarakat Indonesia. Meskipun ia keturunan cina, hal itu tidak
membuat berkurang kecintaannya pada Tanah Air. Generasi muda saat ini memandang
nasionalisme sejati ada di dalam hati dan pikiran bukan dalam bentuk fisik
seperti bendera dan lainnya. Sedangkan generasi pejuang kemerdekaan mempunyai
pandangan dan keyakinan bahwa nasionalisme tidak hanya di dalam hati dan
pikiran, namun juga terdapat pada bentuk fisik seperti bendera, yang harus
dijaga dan diperlakukan dengan baik, karena untuk meraih kemerdekaan dulu
melalui proses perjuangan yang sangat panjang, dan bendera itu adalah cerminan
dari perjuangan kita meraih kemerdekaan dan simbol nasionalisme kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar