“Saya sudah bosan hidup. Benar-benar jenuh. Rumah tangga saya berantakan. Usaha saya kacau. Apapun yang saya kerjakan selalu gagal. Saya ingin mati saja” keluh seorang pria pada seorang Guru.
“Oh, kamu sakit” sahut Sang Guru dengan rasa prihatin.
“Tidak Guru, saya tidak sakit. Saya sehat. Hanya jenuh dengan kehidupan. Itu sebabnya saya ingin mati” keluhnya dengan wajah muram.
“Kamu sakit. Penyakitmu itu bernama “Alergi Hidup”. Ya, kamu alergi terhadap kehidupan. Banyak sekali di antara kita yang alergi terhadap kehidupan. Kemudian, tanpa disadari kita melakukan hal-hal yang bertentangan dengan norma kehidupan. Hidup ini berjalan terus. Sungai kehidupan ini mengalir terus, tetapi kita menginginkan keadaan status-quo. Kita berhenti di tempat, kita tidak ikut mengalir. Itu sebabnya kita jatuh sakit. Kita mengundang penyakit. Penolakan kita untuk ikut mengalir bersama kehidupan membuat kita sakit. Usaha pasti ada pasang-surutnya. Dalam berumah-tangga, pertengkaran kecil itu memang wajar. Persahabatan pun tidak selalu langgeng. Apa sih yang abadi dalam hidup ini ? Kita tidak menyadari sifat kehidupan. Kita ingin mempertahankan suatu keadaan. Kemudian kita gagal, kecewa dan menderita. Penyakitmu itu bisa disembuhkan, asal kamu benar-benar bertekad ingin sembuh dan bersedia mengikuti petunjukku”, kata sang Guru.
“Tidak Guru, tidak. Saya sudah betul-betul jenuh. Tidak, saya tidak ingin hidup lebih lama lagi”, pria itu menolak tawaran sang Guru.
“Jadi kamu tidak ingin sembuh. Kamu betul-betul ingin mati ?”, tanya Guru.
“Ya, memang saya sudah bosan hidup”, jawab pria itu lagi.
“Baiklah. Kalau begitu besok sore kamu akan mati. Ambillah botol obat ini… Malam nanti, minumlah separuh isi botol ini. Sedangkan separuh sisanya kau minum besok sore jam enam. Maka esok jam delapan malam kau akan mati dengan tenang”.
Kini, giliran pria itu menjadi bingung. Sebelumnya, semua Guru yang ia datangi selalu berupaya untuk memberikan semangat hidup. Namun, Guru yang satu ini aneh. Alih-alih memberi semangat hidup, malah menawarkan racun. Tetapi, karena ia memang sudah betul-betul jenuh, ia menerimanya dengan senang hati.
Setibanya di rumah, ia langsung menghabiskan setengah botol racun yang disebut “obat” oleh sang Guru tadi. Lalu, ia merasakan ketenangan yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Begitu rileks, begitu santai ! Tinggal satu malam dan satu hari ia akan mati. Ia akan terbebaskan dari segala macam masalah.
Malam itu, ia memutuskan untuk makan malam bersama keluarga di restoran Jepang. Sesuatu yang tidak pernah ia lakukan selama beberapa tahun terakhir. Ini adalah malam terakhirnya. Ia ingin meninggalkan kenangan manis. Sambil makan, ia bersenda gurau. Suasananya amat harmonis dan menyenangkan. Sebelum tidur, ia mencium istrinya dan berbisik, “Sayang, aku mencintaimu”
Sekali lagi, karena malam itu adalah malam terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis.
Esoknya, sehabis bangun tidur, ia membuka jendela kamar dan melihat ke luar. Tiupan angin pagi menyegarkan tubuhnya. Dan ia tergoda untuk melakukan jalan pagi. Setengah jam kemudian ia kembali ke rumah, ia menemukan istrinya masih tertidur. Tanpa membangunkannya, ia masuk dapur dan membuat dua cangkir kopi. Satu untuk dirinya, satu lagi untuk istrinya. Karena pagi itu adalah pagi terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis! Sang istripun merasa aneh sekali dan berkata : “Sayang, apa yang terjadi hari ini ? Selama ini, mungkin aku salah. Maafkan aku sayang”.
Di kantor, ia menyapa setiap orang, bersalaman dengan setiap orang. Stafnya pun bingung, “Hari ini, Bos kita kok aneh ya ?” Dan sikap mereka pun langsung berubah. Mereka pun menjadi lembut. Karena siang itu adalah siang terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis! Tiba-tiba, segala sesuatu di sekitarnya berubah. Ia menjadi ramah dan lebih toleran, bahkan menghargai terhadap pendapat-pendapat yang berbeda. Tiba-tiba hidup menjadi indah. Ia mulai menikmatinya.
Pulang ke rumah jam 5 sore, ia menemukan istri tercinta menungguinya di beranda depan. Kali ini justru sang istri yang memberikan ciuman kepadanya sambil berkata: “Sayang, sekali lagi aku minta maaf, kalau selama ini aku selalu merepotkan kamu”. Anak-anak pun tidak ingin ketinggalan: “Ayah, maafkan kami semua. Selama ini, ayah selalu tertekan karena perilaku kami”.
Tiba-tiba, sungai kehidupannya mengalir kembali. Tiba-tiba, hidup menjadi sangat indah. Ia mengurungkan niatnya untuk bunuh diri. Tetapi bagaimana dengan setengah botol yang sudah ia minum, sore sebelumnya ?
Ia mendatangi sang Guru lagi. Melihat wajah pria itu, rupanya sang Guru langsung mengetahui apa yang telah terjadi dan berkata : “Buang saja botol itu. Isinya air biasa. Kau sudah sembuh. Apabila kau hidup dalam kekinian, apabila kau hidup dengan kesadaran bahwa maut dapat menjemputmu kapan saja, maka kau akan menikmati setiap detik kehidupan. Leburkan egomu, keangkuhanmu, kesombonganmu. Jadilah lembut, selembut air. Dan mengalirlah bersama sungai kehidupan. Kau tidak akan jenuh, tidak akan bosan. Kau akan merasa hidup. Itulah rahasia kehidupan. Itulah kunci kebahagiaan. Itulah jalan menuju ketenangan”.
Pria itu mengucapkan terima kasih dan menyalami Sang Guru, lalu pulang ke rumah, untuk mengulangi pengalaman malam sebelumnya. Konon, ia masih mengalir terus. Ia tidak pernah lupa hidup dalam kekinian. Itulah sebabnya, ia selalu bahagia, selalu tenang, selalu HIDUP!
Jumat, 24 April 2015
Kunjungan ke Museum Joang '45
Museum Joang 45 atau Gedung Joang '45 adalah salah satu museum yang berada di Jakarta. Saat ini pengelolaannya dilaksanakan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta. Museum ini terletak di Jalan Menteng Raya 31, Kelurahan Kebon Sirih, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat. Museum ini diresmikan pada tahun 1974 oleh Presiden Soeharto, setelah dilakukan direnovasi.
Sejarah Gedung Joang '45
Pada tahun 1938, seorang pengusaha Belanda bernama LC Schomper mendirikan sebuah hotel yang bernama Schomper 1 di daerah Menteng Raya. Hotel ini dibangun khusus bagi pejabat tinggi Belanda, pengusaha asing, dan pejabat pribumi. Ketika Jepang menjajah Indonesia, Hotel Schomper dikuasai oleh pemuda Indonesia dan dijadikan asrama dan tempat pendidikan nasionalisme para pemuda Indonesia. Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, Adam Malik, Chaerul Saleh, dan sejumlah tokoh Indonesia lainnya merupakan tokoh-tokoh yang terlibat dalam pendidikan pemuda yang memperjuangkan Kemerdekaan Indonesia. Pada masa ini Hotel Schomper 1 kemudian diganti dengan nama Gedung Menteng 31. Seiring Perkembangan waktu pada tanggal 19 Agustus 1974, setelah melalui serangkaian perbaikan dan renovasi, Gedung Menteng 31 diresmikan sebagai Museum Joang 45 oleh Presiden Soeharto dan Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin.
Museum Joang ’45 menyimpan koleksi foto yang mendokumentasikan peristiwa bersejarah di Indonesia antara tahun 1944-1949. Di dalam museum juga disimpan patung beberapa pahlawan, koleksi lukisan, mobil yang pernah dipakai Presiden dan Wakil Presiden yang pertama, serta koleksi lainnya.
Koleksi
Di museum ini dapat dilihat jejak perjuangan kemerdekaan RI dengan koleksi benda-benda peninggalan para pejuang Indonesia. Di antaranya adalah mobil dinas resmi Presiden dan Wakil Presiden RI Pertama yang dikenal dengan mobil REP 1 dan REP 2, dan Mobil Peristiwa Pemboman di Cikini. Selain itu ada pula koleksi foto-foto dokumentasi dan lukisan yang menggambarkan perjuangan sekitar tahun 1945-1950-an. Beberapa tokoh perjuangan ditampilkan pula dalam bentuk patung-patung dada.
Isi dari Museum Joang 45 adalah pergerakan pemuda-pemuda Indonesia dalam pertempuran pra kemerdekaan dan pasca kemerdakaan, perjuangan Soekarno-Hatta dalam memproklamirkan kemerdekaan Indonesia, dan barang-barang peninggalan seperti baju bertempur, tandu Jendral Sudirman, baju yang digunakan oleh PMI Wanita, kapal perang, dan lain sebagainya. Untuk mengetahui pergerakan pemuda-pemuda dalam pertempuran di fasilitasi dengan foto-foto dan tulisan yang interaktif.
Aktivitas
Museum Joang 45 terbuka untuk umum dalam aktivitasnya, pengunjung atau peserta aktivitas dapat mendaftarkan diri untuk dapat terlibat dalam aktivitas museum. Dalam hal ini Museum Joang 45 bertindak sebagai Fasilitator. Beberapa aktivitas Museum yang terus dikembangkan diantaranya:
Aktivitas Reguler:
1. Penyuluhan Permuseuman
2. Pameran dan Diskusi
3. Partisipasi Jabodetabek dan Dalam Daerah
4. dll
Aktivitas Temporer:
1. Pekan Museum Joang, terbuka untuk umum (Lomba Pidato, Lomba Puisi, Lomba Melukis, Lomba Mewarnai, Lomba Sejarah dan Budaya)
2. Napak Tilas Proklamasi
3. Pameran Temporer, Pameran Keliling.
Fasilitas Museum
Fasilitas yang tersedia bagi pengunjung Museum Joang '45 adalah:
1. Ruang Pameran Tetap dan Temporer dengan pojok multi media,
2. Bioskop Joang 45, Studio penayangan film-film dokumenter dan film perjuangan lama.
3. Perpustakaan referensi sejarah ilmiah, dilengkapi komik-komik perjuangan untuk bacaan anak,
4. Childrenroom, ruang khusus untuk kreativitas anak dilengkapi game komputer pahlawan, mewarnai, puzzle, dan permainan knock-down,
5. Souvenir Shop,
6. Plaza untuk aktivitas outdoor berupa Teater Anak.
Dilain gedung terdapat ruang mobil REP-1 dan REP-2 yang menjadi mobil dinas Presiden RI pada waktu itu. Tiga mobil REP tersebut dipajang berderet namun pengunjung tidak dapat masuk kedalam untuk melihat lebih dekat dikarenakan tertutup oleh kaca.
Mobil REP-2 awalnya milik seseorang pengusaha yang bernama Djohan Djohor, paman Moh. Hattacuntuk membantu perjuangannya dan menghindaricperampasan militer Jepang. Mobil REP-2 dipergunakancoleh Bung Hatta di dalam tugas kenegaraan sebagai Wakil Presien RI. dan pada waktu pemerintahan RI pindah ke Yogyakarta, REP-2 turut serta mendampingi Bung Hatta hingga kembali ke Jakarta.
Harga Tiket Masuk dan Waktu Buka
Harga tiket masuk Museum Joang '45 cukup terjangkau yaitu: dewasa Rp 2000,-; mahasiswa Rp 1.000,-; dan anak-anak Rp 600,-. Apabila pengunjung datang dalam rombongan (minimal 20 orang) harganya lebih murah lagi yaitu: dewasa Rp 1.500,-; mahasiswa Rp 7.500,-; dan anak-anak Rp 500,-. Museum Joang '45 buka pada hari Selasa sampai dengan Minggu, dan waktu bukanya yaitu dari jam 09.00-15.00 WIB.
Foto bersama di depan Gedung Joang '45. |
Prasasti yang menceritakan sejarah Gedung Joang '45 |
Sejarah Gedung Joang '45
Pada tahun 1938, seorang pengusaha Belanda bernama LC Schomper mendirikan sebuah hotel yang bernama Schomper 1 di daerah Menteng Raya. Hotel ini dibangun khusus bagi pejabat tinggi Belanda, pengusaha asing, dan pejabat pribumi. Ketika Jepang menjajah Indonesia, Hotel Schomper dikuasai oleh pemuda Indonesia dan dijadikan asrama dan tempat pendidikan nasionalisme para pemuda Indonesia. Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, Adam Malik, Chaerul Saleh, dan sejumlah tokoh Indonesia lainnya merupakan tokoh-tokoh yang terlibat dalam pendidikan pemuda yang memperjuangkan Kemerdekaan Indonesia. Pada masa ini Hotel Schomper 1 kemudian diganti dengan nama Gedung Menteng 31. Seiring Perkembangan waktu pada tanggal 19 Agustus 1974, setelah melalui serangkaian perbaikan dan renovasi, Gedung Menteng 31 diresmikan sebagai Museum Joang 45 oleh Presiden Soeharto dan Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin.
Patung dua Proklamator yang ada di halaman depan Gedung Joang '45. |
Museum Joang ’45 menyimpan koleksi foto yang mendokumentasikan peristiwa bersejarah di Indonesia antara tahun 1944-1949. Di dalam museum juga disimpan patung beberapa pahlawan, koleksi lukisan, mobil yang pernah dipakai Presiden dan Wakil Presiden yang pertama, serta koleksi lainnya.
Ruang depan Museum Joang '45 |
Koleksi
Di museum ini dapat dilihat jejak perjuangan kemerdekaan RI dengan koleksi benda-benda peninggalan para pejuang Indonesia. Di antaranya adalah mobil dinas resmi Presiden dan Wakil Presiden RI Pertama yang dikenal dengan mobil REP 1 dan REP 2, dan Mobil Peristiwa Pemboman di Cikini. Selain itu ada pula koleksi foto-foto dokumentasi dan lukisan yang menggambarkan perjuangan sekitar tahun 1945-1950-an. Beberapa tokoh perjuangan ditampilkan pula dalam bentuk patung-patung dada.
Patung dan beberapa salinan foto serta kisah perjuangan beberapa tokoh Pemoeda Menteng 31 di Museum Joang '45. |
Isi dari Museum Joang 45 adalah pergerakan pemuda-pemuda Indonesia dalam pertempuran pra kemerdekaan dan pasca kemerdakaan, perjuangan Soekarno-Hatta dalam memproklamirkan kemerdekaan Indonesia, dan barang-barang peninggalan seperti baju bertempur, tandu Jendral Sudirman, baju yang digunakan oleh PMI Wanita, kapal perang, dan lain sebagainya. Untuk mengetahui pergerakan pemuda-pemuda dalam pertempuran di fasilitasi dengan foto-foto dan tulisan yang interaktif.
Aktivitas
Museum Joang 45 terbuka untuk umum dalam aktivitasnya, pengunjung atau peserta aktivitas dapat mendaftarkan diri untuk dapat terlibat dalam aktivitas museum. Dalam hal ini Museum Joang 45 bertindak sebagai Fasilitator. Beberapa aktivitas Museum yang terus dikembangkan diantaranya:
Aktivitas Reguler:
1. Penyuluhan Permuseuman
2. Pameran dan Diskusi
3. Partisipasi Jabodetabek dan Dalam Daerah
4. dll
Aktivitas Temporer:
1. Pekan Museum Joang, terbuka untuk umum (Lomba Pidato, Lomba Puisi, Lomba Melukis, Lomba Mewarnai, Lomba Sejarah dan Budaya)
2. Napak Tilas Proklamasi
3. Pameran Temporer, Pameran Keliling.
Nukilan sejarah yang terpampang di sekitar bangunan museum |
Fasilitas Museum
Fasilitas yang tersedia bagi pengunjung Museum Joang '45 adalah:
1. Ruang Pameran Tetap dan Temporer dengan pojok multi media,
2. Bioskop Joang 45, Studio penayangan film-film dokumenter dan film perjuangan lama.
3. Perpustakaan referensi sejarah ilmiah, dilengkapi komik-komik perjuangan untuk bacaan anak,
4. Childrenroom, ruang khusus untuk kreativitas anak dilengkapi game komputer pahlawan, mewarnai, puzzle, dan permainan knock-down,
5. Souvenir Shop,
6. Plaza untuk aktivitas outdoor berupa Teater Anak.
Dilain gedung terdapat ruang mobil REP-1 dan REP-2 yang menjadi mobil dinas Presiden RI pada waktu itu. Tiga mobil REP tersebut dipajang berderet namun pengunjung tidak dapat masuk kedalam untuk melihat lebih dekat dikarenakan tertutup oleh kaca.
Koleksi mobil antik yang dahulu digunakan Presiden Soekarno. |
Mobil REP-2 |
Mobil REP-2 awalnya milik seseorang pengusaha yang bernama Djohan Djohor, paman Moh. Hattacuntuk membantu perjuangannya dan menghindaricperampasan militer Jepang. Mobil REP-2 dipergunakancoleh Bung Hatta di dalam tugas kenegaraan sebagai Wakil Presien RI. dan pada waktu pemerintahan RI pindah ke Yogyakarta, REP-2 turut serta mendampingi Bung Hatta hingga kembali ke Jakarta.
Mural Museum Joang '45 |
Harga Tiket Masuk dan Waktu Buka
Harga tiket masuk Museum Joang '45 cukup terjangkau yaitu: dewasa Rp 2000,-; mahasiswa Rp 1.000,-; dan anak-anak Rp 600,-. Apabila pengunjung datang dalam rombongan (minimal 20 orang) harganya lebih murah lagi yaitu: dewasa Rp 1.500,-; mahasiswa Rp 7.500,-; dan anak-anak Rp 500,-. Museum Joang '45 buka pada hari Selasa sampai dengan Minggu, dan waktu bukanya yaitu dari jam 09.00-15.00 WIB.
Harga tiket masuk Museum Joang '45 Brosur Museum Joang '45 |
Rabu, 22 April 2015
Ibu...
Aku lahir dari perut ibu..
Bila dahaga, yang susukan aku… Ibu
Bila lapar, yang menyuapi aku… Ibu
Bila sendirian, yang selalu di sampingku… Ibu
Kata ibu, perkataan pertama yang aku sebut… Ibu
Bila bangun tidur, aku cari… Ibu
Bila nangis, orang pertama yang datang… Ibu
Bila ingin bermanja, aku dekati… Ibu
Bila ingin bersandar, aku duduk sebelah… Ibu
Bila sedih, yang dapat menghiburku hanya… Ibu
Bila nakal, yang memarahi aku… Ibu
Bila merajuk, yang membujukku cuma… Ibu
Bila melakukan kesalahan, yang paling cepat marah… Ibu
Bila takut, yang menenangkan aku… Ibu
Bila ingin peluk, yang aku suka peluk… Ibu
Aku selalu teringatkan… Ibu
Bila sedih, aku mesti telepon… Ibu
Bila senang, orang pertama aku ingin beritahu… Ibu
Bila marah, aku suka meluahkannya pada… Ibu
Bila takut, aku selalu panggil… "Ibuuuuu!"
Bila sakit, orang paling risau adalah… Ibu
Bila aku ingin bepergian, orang paling sibuk juga… Ibu
Bila buat masalah, yang lebih dulu memarahi aku… Ibu
Bila aku ada masalah, yang paling risau… Ibu
Yang masih peluk dan cium aku sampai hari ni… Ibu
Yang selalu masak makanan kegemaranku… Ibu
Kalau pulang ke kampung, yang selalu memberi bekal… Ibu
Yang selalu menyimpan dan merapihkan barang-barang aku… Ibu
Yang selalu berkirim surat dengan aku… Ibu
Yang selalu memuji aku… Ibu
Yang selalu menasihati aku… Ibu
Bila ingin menikah. Orang pertama aku datangi dan minta persetujuan… Ibu
Aku ada pasangan hidup sendiri....
Bila senang, aku cari… pasanganku
Bila sedih, aku cari… Ibu
Bila mendapat keberhasilan, aku ceritakan pada… pasanganku
Bila gagal, aku ceritakan pada… Ibu
Bila bahagia, aku peluk erat… pasanganku
Bila berduka, aku peluk erat… Ibuku
Bila ingin berlibur, aku bawa… pasanganku
Bila sibuk, aku antar anak ke rumah… Ibu
Bila sambut valentine.. Aku beri hadiah pada pasanganku
Bila sambut hari ibu...aku cuma dapat ucapkan "Selamat Hari Ibu"
Selalu.. aku ingat pasanganku
Selalu... ibu ingat aku
Setiap saat... aku akan telepon pasanganku
Entah kapan... aku ingin telepon ibu
Selalu... aku belikan hadiah untuk pasanganku
Entah kapan... aku ingin belikan hadiah untuk ibu
Renungkan:
“Kalau kau sudah selesai berkerja.... masih ingatkah kau pada ibu? Tidak banyak yang ibu inginkan... hanya dengan menyapa ibupun cukuplah”.
Berderai air mata jika kita mendengarnya. Tapi kalau ibu sudah tiada… “IBUUUU… RINDU IBU… RINDU SEKALI…”
Berapa banyak yang sanggup menyuapi ibunya....
Berapa banyak yang sanggup mencuci muntah ibunya.....
Berapa banyak yang sanggup menggantikan alas tidur ibunya.....
Berapa banyak yang sanggup membersihkan najis ibunya...... .
Berapa banyak yang sanggup berhenti kerja untuk menjaga ibunya.....
dan akhir sekali berapa banyak yang mendoakan Ibu nya......
I love you, Mom! :')
Bila dahaga, yang susukan aku… Ibu
Bila lapar, yang menyuapi aku… Ibu
Bila sendirian, yang selalu di sampingku… Ibu
Kata ibu, perkataan pertama yang aku sebut… Ibu
Bila bangun tidur, aku cari… Ibu
Bila nangis, orang pertama yang datang… Ibu
Bila ingin bermanja, aku dekati… Ibu
Bila ingin bersandar, aku duduk sebelah… Ibu
Bila sedih, yang dapat menghiburku hanya… Ibu
Bila nakal, yang memarahi aku… Ibu
Bila merajuk, yang membujukku cuma… Ibu
Bila melakukan kesalahan, yang paling cepat marah… Ibu
Bila takut, yang menenangkan aku… Ibu
Bila ingin peluk, yang aku suka peluk… Ibu
Aku selalu teringatkan… Ibu
Bila sedih, aku mesti telepon… Ibu
Bila senang, orang pertama aku ingin beritahu… Ibu
Bila marah, aku suka meluahkannya pada… Ibu
Bila takut, aku selalu panggil… "Ibuuuuu!"
Bila sakit, orang paling risau adalah… Ibu
Bila aku ingin bepergian, orang paling sibuk juga… Ibu
Bila buat masalah, yang lebih dulu memarahi aku… Ibu
Bila aku ada masalah, yang paling risau… Ibu
Yang masih peluk dan cium aku sampai hari ni… Ibu
Yang selalu masak makanan kegemaranku… Ibu
Kalau pulang ke kampung, yang selalu memberi bekal… Ibu
Yang selalu menyimpan dan merapihkan barang-barang aku… Ibu
Yang selalu berkirim surat dengan aku… Ibu
Yang selalu memuji aku… Ibu
Yang selalu menasihati aku… Ibu
Bila ingin menikah. Orang pertama aku datangi dan minta persetujuan… Ibu
Aku ada pasangan hidup sendiri....
Bila senang, aku cari… pasanganku
Bila sedih, aku cari… Ibu
Bila mendapat keberhasilan, aku ceritakan pada… pasanganku
Bila gagal, aku ceritakan pada… Ibu
Bila bahagia, aku peluk erat… pasanganku
Bila berduka, aku peluk erat… Ibuku
Bila ingin berlibur, aku bawa… pasanganku
Bila sibuk, aku antar anak ke rumah… Ibu
Bila sambut valentine.. Aku beri hadiah pada pasanganku
Bila sambut hari ibu...aku cuma dapat ucapkan "Selamat Hari Ibu"
Selalu.. aku ingat pasanganku
Selalu... ibu ingat aku
Setiap saat... aku akan telepon pasanganku
Entah kapan... aku ingin telepon ibu
Selalu... aku belikan hadiah untuk pasanganku
Entah kapan... aku ingin belikan hadiah untuk ibu
Renungkan:
“Kalau kau sudah selesai berkerja.... masih ingatkah kau pada ibu? Tidak banyak yang ibu inginkan... hanya dengan menyapa ibupun cukuplah”.
Berderai air mata jika kita mendengarnya. Tapi kalau ibu sudah tiada… “IBUUUU… RINDU IBU… RINDU SEKALI…”
Berapa banyak yang sanggup menyuapi ibunya....
Berapa banyak yang sanggup mencuci muntah ibunya.....
Berapa banyak yang sanggup menggantikan alas tidur ibunya.....
Berapa banyak yang sanggup membersihkan najis ibunya...... .
Berapa banyak yang sanggup berhenti kerja untuk menjaga ibunya.....
dan akhir sekali berapa banyak yang mendoakan Ibu nya......
I love you, Mom! :')
Senin, 20 April 2015
Penderitaan Anak Kerang
“Kita seringkali belajar jauh lebih banyak lewat penderitaan ketimbang lewat kesenangan. Yang kita butuhkan hanyalah belajar mencari sisi positif dari apa yang tampaknya ‘lembah’ itu untuk mencapai ‘puncak’ yang gilang gemilang.”
Pada suatu hari seekor anak kerang di dasar laut mengadu dan mengaduh pada ibunya sebab sebutir pasir tajam memasuki tubuhnya yang merah dan lembek. “Anakku,” kata sang ibu sambil bercucuran air mata, “Tuhan tidak memberikan pada kita bangsa kerang sebuah tangan pun, sehingga Ibu tak bisa menolongmu. Sakit sekali, aku tahu anakku. Tetapi terimalah itu sebagai takdir alam. Kuatkan hatimu. Jangan terlalu lincah lagi. Kerahkan semangatmu melawan rasa ngilu dan nyeri yang menggigit. Balutlah pasir itu dengan getah perutmu. Hanya itu yang bisa kauperbuat,” kata ibunya dengan sendu dan lembut.
Anak kerang pun melakukan nasihat bundanya. Ada hasilnya, tetapi rasa sakit bukan alang kepalang. Kadang di tengah kesakitannya, ia meragukan nasihat ibunya. Dengan air mata ia bertahan, bertahun-tahun lamanya. Tetapi tanpa disadarinya sebutir mutiara mulai terbentuk dalam dagingnya. Makin lama makin halus. Rasa sakit pun makin berkurang. Dan semakin lama mutiaranya semakin besar. Rasa sakit menjadi terasa lebih wajar.
Akhirnya sesudah sekian tahun, sebutir mutiara besar, utuh mengkilap, dan berharga mahal pun terbentuk dengan sempurna. Penderitaannya berubah menjadi mutiara, airmatanya berubah menjadi sangat berharga. Dirinya kini, sebagai hasil derita bertahun-tahun, lebih berharga daripada sejuta kerang lain yang cuma disantap orang sebagai kerang rebus di pinggir jalan.
Untuk direnungkan: Ada pepatah dalam bahasa Inggris yang bagus sekali. “No pain, no gain” dan “No sweet without sweat”. Di dalam bahasa Indonesia ada pantun yang mirip artinya. “Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang kemudian. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian.”
Pada suatu hari seekor anak kerang di dasar laut mengadu dan mengaduh pada ibunya sebab sebutir pasir tajam memasuki tubuhnya yang merah dan lembek. “Anakku,” kata sang ibu sambil bercucuran air mata, “Tuhan tidak memberikan pada kita bangsa kerang sebuah tangan pun, sehingga Ibu tak bisa menolongmu. Sakit sekali, aku tahu anakku. Tetapi terimalah itu sebagai takdir alam. Kuatkan hatimu. Jangan terlalu lincah lagi. Kerahkan semangatmu melawan rasa ngilu dan nyeri yang menggigit. Balutlah pasir itu dengan getah perutmu. Hanya itu yang bisa kauperbuat,” kata ibunya dengan sendu dan lembut.
Anak kerang pun melakukan nasihat bundanya. Ada hasilnya, tetapi rasa sakit bukan alang kepalang. Kadang di tengah kesakitannya, ia meragukan nasihat ibunya. Dengan air mata ia bertahan, bertahun-tahun lamanya. Tetapi tanpa disadarinya sebutir mutiara mulai terbentuk dalam dagingnya. Makin lama makin halus. Rasa sakit pun makin berkurang. Dan semakin lama mutiaranya semakin besar. Rasa sakit menjadi terasa lebih wajar.
Akhirnya sesudah sekian tahun, sebutir mutiara besar, utuh mengkilap, dan berharga mahal pun terbentuk dengan sempurna. Penderitaannya berubah menjadi mutiara, airmatanya berubah menjadi sangat berharga. Dirinya kini, sebagai hasil derita bertahun-tahun, lebih berharga daripada sejuta kerang lain yang cuma disantap orang sebagai kerang rebus di pinggir jalan.
Untuk direnungkan: Ada pepatah dalam bahasa Inggris yang bagus sekali. “No pain, no gain” dan “No sweet without sweat”. Di dalam bahasa Indonesia ada pantun yang mirip artinya. “Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang kemudian. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian.”
Jumat, 17 April 2015
19 Hal Pribadi yang Mempesona
Anda orang biasa saja? Bukan artis? Bukan konglomerat? Bukan ilmuwan? Bukan orang terkenal? Jangan khawatir, kami akan memberikan tips untuk anda. Tips yang akan membuat anda menarik, menjadi pribadi penuh pesona.
Inilah 19 rahasia menjadi pribadi penuh pesona yang kami kembangkan dari pemikiran dr. Yul Iskandar, DSJ., MBAP.,MASRS., PhD. pendiri Yayasan Dharma Graha.
1. Berubahlah dengan waktu dan tempat!
Jangan selalu menuruti perasaan negatif, seperti: merasa bosan, lelah, jenuh, tersiksa dengan tempat atau masa lalu. Tersenyumlah, dan dunia akan tersenyum bersama anda! Menangislah, dan anda akan menangis sendirian! Mutiara kata ini mengisyaratkan agar kita selalu berbahagia dimana pun kita berada dan kapan pun. Jika kita merasa sebagai orang yang paling sedih atau menderita di dunia ini, yakinlah bahwa masih banyak orang lain yang lebih menderita daripada kita.
2. Carilah kenalan, teman, sahabat, relasi sebanyak-banyaknya!
Sering-seringlah bepergian, menjelajahi dunia. Semakin sering anda bertemu dan berinteraksi dengan banyak orang, maka kepribadian anda akan semakin matang tanpa anda sadari.
3. Cintailah orang lain seperti mencintai diri sendiri.Dengan cinta, hidup menjadi indah, persahabatan menjadi langgeng, dan silaturahmi tetap terbina. Tentunya cinta yang diberikan secara tulus tanpa pamrih, tanpa mengharap balasan kecuali dari Allah semata.
4. Hargailah dan nikmatilah alam.
Dengan menghargai alam, jiwa menjadi tenang. Dengan menikmati alam hati menjadi senang. Temukanlah rahasia sesuatu itu tampak menarik, misalnya: bunga yang mekar, surya yang bersinar, sawah yang terhampar.
5. Hargailah orang lain.
Misalnya dengan cara membuatnya bahagia, tersenyum, tertawa, memberi pujian yang tulus. Membahagiakan orang lain akan membuatnya membahagiakan kita di saat yang tak terduga, percayalah!
6. Jaga tingkah laku.
Banyaklah mendengarkan dan berpikir daripada berbicara, kecuali bila waktunya untuk berbicara. Dengan menjaga lisan dan perbuatan kita, berarti setengah pertempuran hidup telah kita menangkan.
7. Jangan kekanak-kanakan.
Sikap dewasa menunjukkan kepribadian yang kuat dan mempesona. Betapa banyak orang tua yang bahkan belum dewasa! Salah satu tanda kedewasaan seseorang antara lain adalah dari sikap, tutur kata, dan caranya di dalam mengambil keputusan secara arif dan bijaksana.
8. Jangan mencari kesalahan orang lain.
Hidup kita terlalu singkat untuk melakukan hal ini.
9. Jangan rendah diri. Sudah seharusnyalah kita menerima dan memperbaiki kekurangan kita tanpa pernah merasa minder atau kecil di depan orang lain. Percayalah, tidak seorang manusia pun yang sempurna di muka bumi ini!
10. Jangan sombong.
Ketahuilah bahwa selalu ada yang lebih daripada kita. Kesombongan menandakan kekosongan.
11. Kembangkan minat pada berbagai hal.
Jangan membatasi diri anda, perluas bakat, minat, kemampuan, pengetahuan, dan keahlian anda. Memiliki satu keahlian atau spesialisasi akan terasa lebih baik dan sempurna jika ditunjang dengan keahlian dalam bidang yang lainnya, sehingga anda akan semakin "bersinar" dan penuh pesona.
12. Selalu baik pada orang lain.
Jangan pernah merasa dendam sekalipun kepada orang lain, bahkan kepada mereka yang pernah menyakiti kita. Cintailah yang di bumi, niscaya yang di langit akan mencintaimu.
13. Selalu belajar.
Semakin sering anda belajar, maka semakin banyak yang anda ketahui. Ilmu ini dapat menjadi lahan amal bagi anda, sehingga anda merasakan nikmatnya berbagi dan indahnya ilmu.
14. Selalu mengikuti informasi dan perkembangan terkini tentang apapun. Dengan banyak mengetahui hal yang paling baru, maka anda akan tampil semakin percaya diri dan penuh pesona. Semakin banyak hal baru yang anda tahu, maka akan semakin banyak pula yang mencari dan mengejar anda...yakinlah!
15. Selalu tegap, sigap, dan siap.
Posisi atau postur tubuh anda di dalam berkomunikasi dengan orang lain akan mengungkapkan siapa diri anda yang sebenarnya. Oleh karenanya, milikilah rencana, target, dan strategi (persiapan) yang matang dan semangat yang tak pernah pudar!
16. Selalu tersenyum pada orang lain.
Orang akan lebih senang melihat wajah yang dihiasi senyuman daripada wajah yang selalu disertai ratapan atau keluhan.
17. Senang bekerja sama dengan orang lain.
Inilah yang membuat jaringan (network) kita semakin luas, erat, dan kuat.
18. Senang menolong orang lain.
Dengan gemar menolong orang lain, maka pada hakikatnya kita menolong diri kita sendiri. Semakin banyak orang yang kita tolong, maka akan semakin sering pula kita ditolong oleh Allah dengan cara-Nya yang tak terduga.
19. Terimalah nasib apa adanya.
Tetaplah tenang dan tabah, ingatlah bahwa "badai pasti berlalu" dan "roda itu berputar". Jangan suka mengeluh, menggerutu, atau bahkan mencaci-maki nasib. Jangan sampai berkata atau menganggap bahwa Tuhan itu tidak adil! Justru di sinilah letak keadilan-Nya.
Dengan merenungi dan menerapkan semua hal di atas, maka menjadi pribadi penuh pesona saat ini bukanlah sesuatu hal yang mustahil bagi diri anda. Jika masih belum percaya, cobalah!
Inilah 19 rahasia menjadi pribadi penuh pesona yang kami kembangkan dari pemikiran dr. Yul Iskandar, DSJ., MBAP.,MASRS., PhD. pendiri Yayasan Dharma Graha.
1. Berubahlah dengan waktu dan tempat!
Jangan selalu menuruti perasaan negatif, seperti: merasa bosan, lelah, jenuh, tersiksa dengan tempat atau masa lalu. Tersenyumlah, dan dunia akan tersenyum bersama anda! Menangislah, dan anda akan menangis sendirian! Mutiara kata ini mengisyaratkan agar kita selalu berbahagia dimana pun kita berada dan kapan pun. Jika kita merasa sebagai orang yang paling sedih atau menderita di dunia ini, yakinlah bahwa masih banyak orang lain yang lebih menderita daripada kita.
2. Carilah kenalan, teman, sahabat, relasi sebanyak-banyaknya!
Sering-seringlah bepergian, menjelajahi dunia. Semakin sering anda bertemu dan berinteraksi dengan banyak orang, maka kepribadian anda akan semakin matang tanpa anda sadari.
3. Cintailah orang lain seperti mencintai diri sendiri.Dengan cinta, hidup menjadi indah, persahabatan menjadi langgeng, dan silaturahmi tetap terbina. Tentunya cinta yang diberikan secara tulus tanpa pamrih, tanpa mengharap balasan kecuali dari Allah semata.
4. Hargailah dan nikmatilah alam.
Dengan menghargai alam, jiwa menjadi tenang. Dengan menikmati alam hati menjadi senang. Temukanlah rahasia sesuatu itu tampak menarik, misalnya: bunga yang mekar, surya yang bersinar, sawah yang terhampar.
5. Hargailah orang lain.
Misalnya dengan cara membuatnya bahagia, tersenyum, tertawa, memberi pujian yang tulus. Membahagiakan orang lain akan membuatnya membahagiakan kita di saat yang tak terduga, percayalah!
6. Jaga tingkah laku.
Banyaklah mendengarkan dan berpikir daripada berbicara, kecuali bila waktunya untuk berbicara. Dengan menjaga lisan dan perbuatan kita, berarti setengah pertempuran hidup telah kita menangkan.
7. Jangan kekanak-kanakan.
Sikap dewasa menunjukkan kepribadian yang kuat dan mempesona. Betapa banyak orang tua yang bahkan belum dewasa! Salah satu tanda kedewasaan seseorang antara lain adalah dari sikap, tutur kata, dan caranya di dalam mengambil keputusan secara arif dan bijaksana.
8. Jangan mencari kesalahan orang lain.
Hidup kita terlalu singkat untuk melakukan hal ini.
9. Jangan rendah diri. Sudah seharusnyalah kita menerima dan memperbaiki kekurangan kita tanpa pernah merasa minder atau kecil di depan orang lain. Percayalah, tidak seorang manusia pun yang sempurna di muka bumi ini!
10. Jangan sombong.
Ketahuilah bahwa selalu ada yang lebih daripada kita. Kesombongan menandakan kekosongan.
11. Kembangkan minat pada berbagai hal.
Jangan membatasi diri anda, perluas bakat, minat, kemampuan, pengetahuan, dan keahlian anda. Memiliki satu keahlian atau spesialisasi akan terasa lebih baik dan sempurna jika ditunjang dengan keahlian dalam bidang yang lainnya, sehingga anda akan semakin "bersinar" dan penuh pesona.
12. Selalu baik pada orang lain.
Jangan pernah merasa dendam sekalipun kepada orang lain, bahkan kepada mereka yang pernah menyakiti kita. Cintailah yang di bumi, niscaya yang di langit akan mencintaimu.
13. Selalu belajar.
Semakin sering anda belajar, maka semakin banyak yang anda ketahui. Ilmu ini dapat menjadi lahan amal bagi anda, sehingga anda merasakan nikmatnya berbagi dan indahnya ilmu.
14. Selalu mengikuti informasi dan perkembangan terkini tentang apapun. Dengan banyak mengetahui hal yang paling baru, maka anda akan tampil semakin percaya diri dan penuh pesona. Semakin banyak hal baru yang anda tahu, maka akan semakin banyak pula yang mencari dan mengejar anda...yakinlah!
15. Selalu tegap, sigap, dan siap.
Posisi atau postur tubuh anda di dalam berkomunikasi dengan orang lain akan mengungkapkan siapa diri anda yang sebenarnya. Oleh karenanya, milikilah rencana, target, dan strategi (persiapan) yang matang dan semangat yang tak pernah pudar!
16. Selalu tersenyum pada orang lain.
Orang akan lebih senang melihat wajah yang dihiasi senyuman daripada wajah yang selalu disertai ratapan atau keluhan.
17. Senang bekerja sama dengan orang lain.
Inilah yang membuat jaringan (network) kita semakin luas, erat, dan kuat.
18. Senang menolong orang lain.
Dengan gemar menolong orang lain, maka pada hakikatnya kita menolong diri kita sendiri. Semakin banyak orang yang kita tolong, maka akan semakin sering pula kita ditolong oleh Allah dengan cara-Nya yang tak terduga.
19. Terimalah nasib apa adanya.
Tetaplah tenang dan tabah, ingatlah bahwa "badai pasti berlalu" dan "roda itu berputar". Jangan suka mengeluh, menggerutu, atau bahkan mencaci-maki nasib. Jangan sampai berkata atau menganggap bahwa Tuhan itu tidak adil! Justru di sinilah letak keadilan-Nya.
Dengan merenungi dan menerapkan semua hal di atas, maka menjadi pribadi penuh pesona saat ini bukanlah sesuatu hal yang mustahil bagi diri anda. Jika masih belum percaya, cobalah!
Sepatu Yang Tertinggal
Suatu hari seorang bapak tua hendak bepergian menggunakan kereta. Namun karena terburu-buru, ketika naik, sebelah sepatunya tersangkut di pintu dan jatuh ke atas rel. Ia hendak mengambilnya namun kereta terlanjur berjalan dan tak mungkin memintanya untuk berhenti. Sesaat kemudian, ia malah melakukan sesuatu yang tidak lazim. Si bapak tua dengan tenang melepas sepatu sebelahnya, lalu melemparkannya ke luar tak jauh dari sepatu tadi jatuh.
Kebetulan semua kejadian itu diperhatikan oleh seorang pemuda yang duduk di dalam kereta. Karena merasa penasaran, pemuda itu hendak bertanya langsung pada si bapak tua. Begitu bapak tua itu melewati tempat duduknya, si pemuda menyapanya ramah. "Salam, Pak. Saya tadi sempat memperhatikan apa yang Bapak lakukan. Boleh saya bertanya sesuatu?"
"Silakan, Nak. Apa yang ingin kau tanyakan?" ujar si bapak tua.
"Begini, Pak. Tadi Bapak sudah kehilangan satu sepatu, lalu kenapa Bapak juga melemparkan sepatu Bapak yang lain? Dengan begitu, bukankah Bapak sekarang tak punya alas kaki."
Si bapak tua itu melihat pemuda itu sambil tersenyum, lalu menjawab ramah, "Nak, seperti yang sudah kamu lihat tadi, saya sudah kehilangan satu sepatu. Sepatu yang terjatuh tadi mungkin akan ditemukan oleh seseorang, dan bisa saja dia itu orang yang tak berpunya. Tapi, apakah sepatu yang cuma sebelah itu ada gunanya buatnya? Tidak, kan? Sementara saya sendiri, apakah sepatu yang masih melekat di kaki saya tadi juga masih bermanfaat bagi saya? Tidak juga, kan?
"Jika saya melemparkan sepatu sebelahnya lagi, kemungkinan besar orang yang tadi menemukan sepatu saya akan menemukan pasangannya. Dengan begitu, sepatu itu bisa kembali berfungsi sebagaimana mestinya. Karena itulah, saya lemparkan sepatu sebelahnya lagi supaya orang yang menemukannya bisa memanfaatkannya dengan baik."
***
Bapak tua di dalam kisah tadi adalah Mahatma Gandhi. Apa yang dilakukan beliau mengandung sebuah filosofi dasar dalam hidup.
Sepanjang masa hidup, kita hampir pasti akan merasakan suatu kehilangan. Entah itu berupa materi atau orang terkasih kita. Dan bagi kita, kehilangan itu awalnya terlihat tidak adil. Tapi jika kita renungkan lebih jauh lagi, kehilangan itu sejatinya terjadi agar ada perubahan positif dan berarti dalam hidup kita.
Berkeras mempertahankan apa yang kita miliki tidak membuat kita atau dunia di sekitar kita menjadi lebih baik. Tapi memberikan dengan ketulusan hati dapat membantu banyak orang dan membuat mereka bahagia.
Kebetulan semua kejadian itu diperhatikan oleh seorang pemuda yang duduk di dalam kereta. Karena merasa penasaran, pemuda itu hendak bertanya langsung pada si bapak tua. Begitu bapak tua itu melewati tempat duduknya, si pemuda menyapanya ramah. "Salam, Pak. Saya tadi sempat memperhatikan apa yang Bapak lakukan. Boleh saya bertanya sesuatu?"
"Silakan, Nak. Apa yang ingin kau tanyakan?" ujar si bapak tua.
"Begini, Pak. Tadi Bapak sudah kehilangan satu sepatu, lalu kenapa Bapak juga melemparkan sepatu Bapak yang lain? Dengan begitu, bukankah Bapak sekarang tak punya alas kaki."
Si bapak tua itu melihat pemuda itu sambil tersenyum, lalu menjawab ramah, "Nak, seperti yang sudah kamu lihat tadi, saya sudah kehilangan satu sepatu. Sepatu yang terjatuh tadi mungkin akan ditemukan oleh seseorang, dan bisa saja dia itu orang yang tak berpunya. Tapi, apakah sepatu yang cuma sebelah itu ada gunanya buatnya? Tidak, kan? Sementara saya sendiri, apakah sepatu yang masih melekat di kaki saya tadi juga masih bermanfaat bagi saya? Tidak juga, kan?
"Jika saya melemparkan sepatu sebelahnya lagi, kemungkinan besar orang yang tadi menemukan sepatu saya akan menemukan pasangannya. Dengan begitu, sepatu itu bisa kembali berfungsi sebagaimana mestinya. Karena itulah, saya lemparkan sepatu sebelahnya lagi supaya orang yang menemukannya bisa memanfaatkannya dengan baik."
***
Bapak tua di dalam kisah tadi adalah Mahatma Gandhi. Apa yang dilakukan beliau mengandung sebuah filosofi dasar dalam hidup.
Sepanjang masa hidup, kita hampir pasti akan merasakan suatu kehilangan. Entah itu berupa materi atau orang terkasih kita. Dan bagi kita, kehilangan itu awalnya terlihat tidak adil. Tapi jika kita renungkan lebih jauh lagi, kehilangan itu sejatinya terjadi agar ada perubahan positif dan berarti dalam hidup kita.
Berkeras mempertahankan apa yang kita miliki tidak membuat kita atau dunia di sekitar kita menjadi lebih baik. Tapi memberikan dengan ketulusan hati dapat membantu banyak orang dan membuat mereka bahagia.
Minggu, 12 April 2015
Doaku Terjawab!
Aku meminta kekayaan agar aku bahagia,
namun IA memberi kekurangan agar aku bijaksana.
Aku minta kuasa agar dipuja sesama,
namun Ia memberi kelemahan agar aku bergantung pada-Nya.
Aku meminta segala sesuatu agar aku menikmati kehidupan,
namun IA memberi kehidupan agar aku dapat menikmati sesuatu.
Aku minta kesehatan agar aku mengerjakan ynag lebih besar,
Namun IA memberi anugrah agar aku mengerjakan yang lebih baik.
Aku tak selalu memperoleh apa yang aku minta,
namun doaku selalu terjawab.
Rabu, 08 April 2015
Tuhan itu ada! Do you belive it?
Seorang konsumen datang ke tempat cukur untuk memotong rambut dan merapikan brewoknya.
Si
tukang cukur mulai memotong rambut konsumennya dan mulailah terjadi
pembicaraan yang mulai menghangat. Mereka membicarakan banyak hal dan
berbagai variasi topik pembicaraan. dan sesaat topik pembicaraan beralih
ke Tuhan.
Tukang cukur itu berkata,"Saya tidak percaya Tuhan itu ada" .
"Kenapa kamu bicara seperti itu?" timpal si konsumen.
"Begini
coba Anda peratikan didepan sana, di jalanan .... untuk menyadari bahwa
Tuhan itu tidak ada. Katakan kepadaku, Jika Tuhan itu ada, Adakah yang
sakit???,Adakah yang terlantar???, Jika Tuhan ada, tidak ada sakit
ataupun kesusahan. Saya tidak dapat membayangkan Tuhan Yang Maha
Penyayang & Pengasih akan membiarkan ini semua terjadi".
Si
konsumen diam untuk berpikir sejenak, tapi tidak merespon karena dia
tidak ingin memulai adu pendapat. Si tukang cukur menyelesaikan
pekerjaannnya dan si konsumen pergi meninggalkan tempat si tukang cukur.
Beberapa
saat setelah dia meninggalkan ruangan itu dia melihat ada orang
berambut panjang, berombak kasar mlungker - mlungker-istilah jawa-nya,
kotor dan brewok yang tidak dicukur. Orang itu terlihat kotor dan tidak
terawat.
Si konsumen balik ke tempat tukang cukur dan berkata, "Kamu tahu, sebenarnya TIDAK ADA TUKANG CUKUR."
Si
tukang cukur tidak terima, "kok kamu bisa bilang begitu??". "Saya
disini dan saya tukang cukur. Dan barusan saya mencukurmu!!"
"Tidak!"
elak si konsumen. "Tukang cukur itu tidak ada, sebab jika ada, tidak
akan ada orang dengan rambut panjang kotor dan brewokan seperti orang
yang ada di luar sana", si konsumen menambahkan.
"Ah tidak, tapi tukang cukur tetap ada!!", sanggah si tukang cukur. "
Apa yang kamu lihat itu adalah salah mereka sendiri, kenapa mereka tidak datang ke saya", jawab si tukang cukur membela diri.
"Cocok!!" kata si konsumen menyetujui. "Itulah point utamanya!. Sama dengan Tuhan
TUHAN
ITU JUGA ADA!, Tapi apa yang terjadi.....orang - orang TIDAK MAU DATANG
kepada-NYA, dan TIDAK MAU MENCARI-NYA. Oleh karena itu banyak yang
sakit dan tertimpa kesusahan di dunia ini. "Si tukang cukur
terbengong!!!"
Hati-hati Dengan Ucapan
Pada masa kekuasaan Tsar Nicolas I di kekaisaran Rusia, pecah sebuah pemberontakan yang dipimpin seorang bernama Kondraty Ryleyev. Namun, pemberontakan itu berhasil ditumpas. Ryleyev, sang pemimpin ditangkap dan dijatuhi hukuman gantung.
Namun saat tali sudah diikatkan di lehernya dan eksekusi dilaksanakan, tiba-tiba tali gantungan itu putus. Di masa itu, kejadian luar biasa seperti itu biasanya dianggap sebagai bukti bahwa terhukum tidak bersalah dan Tsar mengampuninya.
Namun, Ryleyev yang lega dan merasa di atas angin pun menggunakan kesempatan itu untuk tetap mengkritik, "Lihat, di pemerintahan ini sama sekali tidak ada yang betul. Bahkan, membuat talipun tidak becus!"
Seorang pembawa pesan yang melihat peristiwa putusnya tali ini kemudian melaporkan pada Tsar. Sang penguasa Rusia itu bertanya, "Lalu, apa yang Ryleyev katakan?"
Ketika pembawa pesan itu menceritakan komentar Ryleyev di atas, Tsar pun menjawab, "Kalau begitu, mari kita buktikan bahwa ucapannya tidak benar."
Ryleyev pun menjalani hukuman gantung kedua kalinya dan kali ini tali gantungannya tidak putus. Akibat ucapannya sendiri, akhirnya ia binasa.
Saudaraku terkasih,
Lidah itu seperti kekang kuda, kemudi sebuah kapal, yang hanya benda kecil tapi bisa mengendalikan Benda raksasa. Lidah dapat menjadi seperti api kecil di tengah hutan, bahkan lebih buas dari segala hewan liar.
Apa yang kita ucapkan sangat sering menentukan arah hidup kita. Apa saja yang kita ucapkan pada orang lain dan pada diri sendiri sangat berpengaruh terhadap kejadian-kajdian yang akan kita alami kemudian. Sehingga waspadalah dengan ucapan atau kata-kata, yang bisa jadi BERKAT tapi bisa juga jadi KUTUK.
Apa yang kita ucapkan seringkali menentukan apa yang kemudian kita terima.
Ingat ungkapan yang mengatakan "Lidahmu adalah harimaumu...!".
Namun saat tali sudah diikatkan di lehernya dan eksekusi dilaksanakan, tiba-tiba tali gantungan itu putus. Di masa itu, kejadian luar biasa seperti itu biasanya dianggap sebagai bukti bahwa terhukum tidak bersalah dan Tsar mengampuninya.
Namun, Ryleyev yang lega dan merasa di atas angin pun menggunakan kesempatan itu untuk tetap mengkritik, "Lihat, di pemerintahan ini sama sekali tidak ada yang betul. Bahkan, membuat talipun tidak becus!"
Seorang pembawa pesan yang melihat peristiwa putusnya tali ini kemudian melaporkan pada Tsar. Sang penguasa Rusia itu bertanya, "Lalu, apa yang Ryleyev katakan?"
Ketika pembawa pesan itu menceritakan komentar Ryleyev di atas, Tsar pun menjawab, "Kalau begitu, mari kita buktikan bahwa ucapannya tidak benar."
Ryleyev pun menjalani hukuman gantung kedua kalinya dan kali ini tali gantungannya tidak putus. Akibat ucapannya sendiri, akhirnya ia binasa.
Saudaraku terkasih,
Lidah itu seperti kekang kuda, kemudi sebuah kapal, yang hanya benda kecil tapi bisa mengendalikan Benda raksasa. Lidah dapat menjadi seperti api kecil di tengah hutan, bahkan lebih buas dari segala hewan liar.
Apa yang kita ucapkan sangat sering menentukan arah hidup kita. Apa saja yang kita ucapkan pada orang lain dan pada diri sendiri sangat berpengaruh terhadap kejadian-kajdian yang akan kita alami kemudian. Sehingga waspadalah dengan ucapan atau kata-kata, yang bisa jadi BERKAT tapi bisa juga jadi KUTUK.
Apa yang kita ucapkan seringkali menentukan apa yang kemudian kita terima.
Ingat ungkapan yang mengatakan "Lidahmu adalah harimaumu...!".
Minggu, 05 April 2015
Di Dekatmu
Seorang anak kecil berbisik, "Tuhan, berbicaralah kepadaku."
Dan seekor burung lark bernyanyi di padang.
Si anak kecil tidak mendengar.
Jadi si anak kecil berteriak, "Tuhan, berbicaralah kepadaku!"
Dan, kilat bergemuruh melintas di langit.
Tetapi, si anak kecil tidak mendengarkan.
Si anak kecil melihat sekelilingnya dan berkata, "Tuhan, ijinkan aku melihat-MU."
Dan, satu bintang bersinar dengan terang.
Tetapi si anak kecil tidak memperhatikannnya.
Lalu si anak kecil berteriak, "Tuhan, tunjukkan kepadaku satu keajaiban!"
Satu kehidupan telah lahir, tetapi si anak kecil tidak mengetahuinnya.
Maka si anak kecil menangis dan putus asa.
"Jamahlah aku Tuhan, dan biarkan aku tahu bahwa Engkau ada di sini!"
Kemudian Tuhan menjangkau ke bawah dan menjamah si anak.
Tetapi anak kecil mengusir kupu - kupu itu dan berjalan pergi tanpa mengetahui apapun.
Kita seringkali bersikap seperti anak kecil itu. Kita tidak bisa merasakan kehadiran Tuhan di dekat kita hanya kita tidak mau sedikit berusaha untuk memperhatikannya.
Atau kita terlalu sibuk dengan berbagai kegiatan kantor, kesibukan rutin mengurus rumah dan terlalu repot dengan berbagai pelayanan di gereja. Semua kegiatan dan masalah yang kita hadapi setiap hari membuat kita lupa dengan keberadaan Tuhan didekat kita. Kita berdoa dan tidak merasakan apa-apa, lalu kita berhenti berdoa. Kita tidak mau sedikit berusaha untuk terus setia. Saat masalah datang menimpa, kita menjadi putus asa dan bingung. Kita bertanya - tanya mengapa semua masalah ini bisa terjadi? Kita menjadi kecewa dan menganggap Tuhan sudah begitu jauh. Saudara, sadarlah bahwa sampai detik ini Dia masih berada didekatmu.
Dan seekor burung lark bernyanyi di padang.
Si anak kecil tidak mendengar.
Jadi si anak kecil berteriak, "Tuhan, berbicaralah kepadaku!"
Dan, kilat bergemuruh melintas di langit.
Tetapi, si anak kecil tidak mendengarkan.
Si anak kecil melihat sekelilingnya dan berkata, "Tuhan, ijinkan aku melihat-MU."
Dan, satu bintang bersinar dengan terang.
Tetapi si anak kecil tidak memperhatikannnya.
Lalu si anak kecil berteriak, "Tuhan, tunjukkan kepadaku satu keajaiban!"
Satu kehidupan telah lahir, tetapi si anak kecil tidak mengetahuinnya.
Maka si anak kecil menangis dan putus asa.
"Jamahlah aku Tuhan, dan biarkan aku tahu bahwa Engkau ada di sini!"
Kemudian Tuhan menjangkau ke bawah dan menjamah si anak.
Tetapi anak kecil mengusir kupu - kupu itu dan berjalan pergi tanpa mengetahui apapun.
Kita seringkali bersikap seperti anak kecil itu. Kita tidak bisa merasakan kehadiran Tuhan di dekat kita hanya kita tidak mau sedikit berusaha untuk memperhatikannya.
Atau kita terlalu sibuk dengan berbagai kegiatan kantor, kesibukan rutin mengurus rumah dan terlalu repot dengan berbagai pelayanan di gereja. Semua kegiatan dan masalah yang kita hadapi setiap hari membuat kita lupa dengan keberadaan Tuhan didekat kita. Kita berdoa dan tidak merasakan apa-apa, lalu kita berhenti berdoa. Kita tidak mau sedikit berusaha untuk terus setia. Saat masalah datang menimpa, kita menjadi putus asa dan bingung. Kita bertanya - tanya mengapa semua masalah ini bisa terjadi? Kita menjadi kecewa dan menganggap Tuhan sudah begitu jauh. Saudara, sadarlah bahwa sampai detik ini Dia masih berada didekatmu.
Sabtu, 04 April 2015
Nilai Manusia dan Cincin Emas
Seorang pemuda mendatangi Zen-sei dan bertanya, "Guru, saya tak mengerti
mengapa orang seperti Anda mesti berpakaian apa adanya, amat sangat
sederhana. Bukankah di masa seperti ini berpakaian sebaik-baiknya amat
perlu, bukan hanya untuk penampilan melainkan juga untuk tujuan lain?"
Sang Guru hanya tersenyum. Ia lalu melepaskan cincin dari salah satu jarinya dan berkata, "Sobat muda, akan kujawab pertanyaanmu, tetapi lebih dahulu lakukanlah satu hal untukku. Ambillah cincin ini dan bawalah ke pasar di seberang sana. Bisakah kamu menjualnya seharga satu keping emas?"
Melihat cincin Zen-sei yang kotor, pemuda tadi merasa ragu, "Satu keping emas? Saya tidak yakin cincin ini bisa dijual seharga itu."
"Cobalah dulu, sobat muda. Siapa tahu kamu berhasil," kata guru
Pemuda itu pun bergegas ke pasar. Ia menawarkan cincin itu kepada pedagang kain, pedagang sayur, penjual daging dan ikan, serta kepada yang lainnya. Ternyata, tak seorang pun berani membeli seharga satu keping emas. Mereka menawarnya hanya satu keping perak.
Tentu saja, pemuda itu tak berani menjualnya dengan harga satu keping perak. Ia kembali ke padepokan Zen-sei dan melapor, "Guru, tak seorang pun berani menawar lebih dari satu keping perak."
Zen-sei, sambil tetap tersenyum arif, berkata, "Sekarang pergilah kamu ke toko emas di belakang jalan ini. Coba perlihatkan kepada pemilik toko atau tukang emas di sana. Jangan buka harga, dengarkan saja bagaimana ia memberikan penilaian."
Pemuda itu pun pergi ke toko emas yang dimaksud. Ia kembali kepada Zen-sei dengan raut wajah yang lain dan berkata, "Guru, ternyata para pedagang di pasar tidak tahu nilai cincin ini sesungguhnya. Pedagang emas menawarnya dengan harga seribu keping emas. Rupanya nilai cincin ini seribu kali lebih tinggi daripada yang ditawar oleh para pedagang di pasar."
Zen-sei tersenyum simpul sambil berujar lirih, "Itulah jawaban atas pertanyaanmu tadi sobat muda. Seseorang tak bisa dinilai dari pakaiannya. Hanya "para pedagang sayur, ikan dan daging di pasar" yang menilai demikian. Namun tidak bagi "pedagang emas".
"Emas dan permata yang ada dalam diri seseorang, hanya bisa dilihat dan dinilai jika kita mampu melihat ke kedalaman jiwa. Diperlukan kearifan untuk melihatnya, dan itu membutuhkan proses. Kita tak bisa menilainya hanya dengan tutur kata dan sikap yang kita dengar dan lihat sekilas. Seringkali yang disangka emas ternyata loyang dan yang kita lihat sebagai loyang ternyata emas "
Semoga sekelumit cerita di atas dapat menambah kedalaman jiwa kita dalam memandang makna hidup dan kehidupan ini.
Sang Guru hanya tersenyum. Ia lalu melepaskan cincin dari salah satu jarinya dan berkata, "Sobat muda, akan kujawab pertanyaanmu, tetapi lebih dahulu lakukanlah satu hal untukku. Ambillah cincin ini dan bawalah ke pasar di seberang sana. Bisakah kamu menjualnya seharga satu keping emas?"
Melihat cincin Zen-sei yang kotor, pemuda tadi merasa ragu, "Satu keping emas? Saya tidak yakin cincin ini bisa dijual seharga itu."
"Cobalah dulu, sobat muda. Siapa tahu kamu berhasil," kata guru
Pemuda itu pun bergegas ke pasar. Ia menawarkan cincin itu kepada pedagang kain, pedagang sayur, penjual daging dan ikan, serta kepada yang lainnya. Ternyata, tak seorang pun berani membeli seharga satu keping emas. Mereka menawarnya hanya satu keping perak.
Tentu saja, pemuda itu tak berani menjualnya dengan harga satu keping perak. Ia kembali ke padepokan Zen-sei dan melapor, "Guru, tak seorang pun berani menawar lebih dari satu keping perak."
Zen-sei, sambil tetap tersenyum arif, berkata, "Sekarang pergilah kamu ke toko emas di belakang jalan ini. Coba perlihatkan kepada pemilik toko atau tukang emas di sana. Jangan buka harga, dengarkan saja bagaimana ia memberikan penilaian."
Pemuda itu pun pergi ke toko emas yang dimaksud. Ia kembali kepada Zen-sei dengan raut wajah yang lain dan berkata, "Guru, ternyata para pedagang di pasar tidak tahu nilai cincin ini sesungguhnya. Pedagang emas menawarnya dengan harga seribu keping emas. Rupanya nilai cincin ini seribu kali lebih tinggi daripada yang ditawar oleh para pedagang di pasar."
Zen-sei tersenyum simpul sambil berujar lirih, "Itulah jawaban atas pertanyaanmu tadi sobat muda. Seseorang tak bisa dinilai dari pakaiannya. Hanya "para pedagang sayur, ikan dan daging di pasar" yang menilai demikian. Namun tidak bagi "pedagang emas".
"Emas dan permata yang ada dalam diri seseorang, hanya bisa dilihat dan dinilai jika kita mampu melihat ke kedalaman jiwa. Diperlukan kearifan untuk melihatnya, dan itu membutuhkan proses. Kita tak bisa menilainya hanya dengan tutur kata dan sikap yang kita dengar dan lihat sekilas. Seringkali yang disangka emas ternyata loyang dan yang kita lihat sebagai loyang ternyata emas "
Semoga sekelumit cerita di atas dapat menambah kedalaman jiwa kita dalam memandang makna hidup dan kehidupan ini.
Jumat, 03 April 2015
Sebatang Bambu
Sebatang bambu yang indah tumbuh di halaman rumah seorang petani. Batang bambu ini tumbuh tinggi menjulang di antara batang-batang bambu lainnya. Suatu hari datanglah sang petani yang empunya pohon bambu itu.
Dia berkata kepada batang bambu," Wahai bambu, maukah engkau kupakai untuk menjadi pipa saluran air, yang sangat berguna untuk mengairi sawahku?"
Batang bambu menjawabnya, "Oh tentu aku mau bila dapat berguna bagi engkau, Tuan. Tapi ceritakan apa yang akan kau lakukan untuk membuatku menjadi pipa saluran air itu."
Sang petani menjawab, "Pertama, aku akan menebangmu untuk memisahkan engkau dari rumpunmu yang indah itu. Lalu aku akan membuang cabang-cabangmu yang dapat melukai orang yang memegangmu. Setelah itu aku akan membelah-belah engkau sesuai dengan keperluanku. Terakhir aku akan membuang sekat-sekat yang ada di dalam batangmu, supaya air dapat mengalir dengan lancar. Apabila aku sudah selesai dengan pekerjaanku, engkau akan menjadi pipa yang akan mengalirkan air untuk mengairi sawahku sehingga padi yang kutanam dapat tumbuh dengan subur."
Mendengar hal ini, batang bambu lama terdiam....., kemudian dia berkata kepada petani, "Tuan, tentu aku akan merasa sangat sakit ketika engkau menebangku. Juga pasti akan sakit ketika engkau membuang cabang-cabangku, bahkan lebih sakit lagi ketika engkau membelah-belah batangku yang indah ini, dan pasti tak tertahankan ketika engkau mengorek-ngorek bagian dalam tubuhku untuk membuang sekat-sekat penghalang itu. Apakah aku akan kuat melalui semua proses itu, Tuan?"
Petani menjawab batang bambu itu, " Wahai bambu, engkau pasti kuat melalui semua itu, karena aku memilihmu justru karena engkau yang paling kuat dari semua batang pada rumpun ini. Jadi tenanglah."
Akhirnya batang bambu itu menyerah, "Baiklah, Tuan. Aku ingin sekali berguna bagimu. Ini aku, tebanglah aku, perbuatlah sesuai dengan yang kau kehendaki."
Setelah petani selesai dengan pekerjaannya, batang bambu indah yang dulu hanya menjadi penghias halaman rumah petani, kini telah berubah menjadi pipa saluran air yang mengairi sawahnya sehingga padi dapat tumbuh dengan subur dan berbuah banyak.
Pernahkah kita berpikir bahwa dengan masalah yang datang silih berganti tak habis-habisnya, mungkin Allah sedang memproses kita untuk menjadi indah di hadapan-Nya? Sama seperti batang bambu itu, kita sedang ditempa, Allah sedang membuat kita sempurna untuk di pakai menjadi penyalur berkat. Ia sedang membuang kesombongan dan segala sifat kita yang tak berkenan bagi-Nya. Tetapi jangan kuatir, kita pasti kuat karena Allah tak akan memberikan beban yang tak mampu kita pikul. Jadi maukah kita berserah pada kehendak Allah, membiarkan Ia bebas berkarya di dalam diri kita untuk menjadikan kita alat yang berguna bagi-Nya?
Seperti batang bambu itu, mari kita berkata, "Ya Allah, perbuatlah sesuai dengan yang Engkau kehendaki.
Dia berkata kepada batang bambu," Wahai bambu, maukah engkau kupakai untuk menjadi pipa saluran air, yang sangat berguna untuk mengairi sawahku?"
Batang bambu menjawabnya, "Oh tentu aku mau bila dapat berguna bagi engkau, Tuan. Tapi ceritakan apa yang akan kau lakukan untuk membuatku menjadi pipa saluran air itu."
Sang petani menjawab, "Pertama, aku akan menebangmu untuk memisahkan engkau dari rumpunmu yang indah itu. Lalu aku akan membuang cabang-cabangmu yang dapat melukai orang yang memegangmu. Setelah itu aku akan membelah-belah engkau sesuai dengan keperluanku. Terakhir aku akan membuang sekat-sekat yang ada di dalam batangmu, supaya air dapat mengalir dengan lancar. Apabila aku sudah selesai dengan pekerjaanku, engkau akan menjadi pipa yang akan mengalirkan air untuk mengairi sawahku sehingga padi yang kutanam dapat tumbuh dengan subur."
Mendengar hal ini, batang bambu lama terdiam....., kemudian dia berkata kepada petani, "Tuan, tentu aku akan merasa sangat sakit ketika engkau menebangku. Juga pasti akan sakit ketika engkau membuang cabang-cabangku, bahkan lebih sakit lagi ketika engkau membelah-belah batangku yang indah ini, dan pasti tak tertahankan ketika engkau mengorek-ngorek bagian dalam tubuhku untuk membuang sekat-sekat penghalang itu. Apakah aku akan kuat melalui semua proses itu, Tuan?"
Petani menjawab batang bambu itu, " Wahai bambu, engkau pasti kuat melalui semua itu, karena aku memilihmu justru karena engkau yang paling kuat dari semua batang pada rumpun ini. Jadi tenanglah."
Akhirnya batang bambu itu menyerah, "Baiklah, Tuan. Aku ingin sekali berguna bagimu. Ini aku, tebanglah aku, perbuatlah sesuai dengan yang kau kehendaki."
Setelah petani selesai dengan pekerjaannya, batang bambu indah yang dulu hanya menjadi penghias halaman rumah petani, kini telah berubah menjadi pipa saluran air yang mengairi sawahnya sehingga padi dapat tumbuh dengan subur dan berbuah banyak.
Pernahkah kita berpikir bahwa dengan masalah yang datang silih berganti tak habis-habisnya, mungkin Allah sedang memproses kita untuk menjadi indah di hadapan-Nya? Sama seperti batang bambu itu, kita sedang ditempa, Allah sedang membuat kita sempurna untuk di pakai menjadi penyalur berkat. Ia sedang membuang kesombongan dan segala sifat kita yang tak berkenan bagi-Nya. Tetapi jangan kuatir, kita pasti kuat karena Allah tak akan memberikan beban yang tak mampu kita pikul. Jadi maukah kita berserah pada kehendak Allah, membiarkan Ia bebas berkarya di dalam diri kita untuk menjadikan kita alat yang berguna bagi-Nya?
Seperti batang bambu itu, mari kita berkata, "Ya Allah, perbuatlah sesuai dengan yang Engkau kehendaki.
Rabu, 01 April 2015
50 Tahun Salah Paham
Dikisahkan, disebuh gedung pertemuan yang amat megah, seorang pejabat senior istana sedang menyelenggarakan pesta ulang tahun perkawinannya yang ke-50. Peringatan kawin emas itu ramai didatangi oleh tamu-tamu penting seperti para bangsawan, pejabat istana, pedagang besar serta seniman-seniman terpandang dari seluruh pelosok negeri. Bahkan kerabat serta kolega dari kerajaan-kerajaan tetangga juga hadir. Pesta ulang tahun perkawinan pun berlangsung dengan megah dan sangat meriah.
Setelah berbagai macam hiburan ditampilkan, sampailah pada puncak acara, yaitu jamuan makan malam yang sangat mewah. Sebelum menikmati kamuan tersebut, seluruh hadirin mengikuti prosesi penyerahan hidangan istimewa dari sang pejabat istana kepada istri tercinta. Hidangan itu tak lain adalah sepotong ikan emas yang diletakkan di sebuah piring besar yang mahal. Ikan emas itu dimasak langsung oleh koki kerajaan yang sangat terkenal.
“Hadirin sekalian, ikan emas ini bukanlah ikan yang mahal. Tetapi, inilah ikan kegemaran kami berdua, sejak kami menikah dan masih belum punya apa-apa, sampai kemudian di usia perkawinan kami yang ke-50 serta dengan segala keberhasilan ini. Ikan emas ini tetap menjadi simbol kedekatan, kemesraan, kehangatan, dan cinta kasih kami yang abadi,” kata sang pejabat senior dalam pidato singkatnya.
Lalu, tibalah detik-detik yang istimewa yang mana seluruh hadirin tampak khidmat menyimak prosesi tersebut. Pejabat senior istana mengambil piring, lalu memotong bagian kepala dan ekor ikan emas. Dengan senyum mesra dan penuh kelembutan, ia berikan piring berisikan potongan kepala dan ekor ikan emas tadi kepada isterinya. Ketika tangan sang isteri menerima piring itu, serentak hadirin bertepuk tangan dengan meriah sekali. Untuk beberapa saat, mereka tampak ikut terbawa oleh suasana romantis, penuh kebahagiaan, dan mengharukan tersebut.
Namun suasana tiba-tiba jadi hening dan senyap. Samar-samar terdengar isak tangis si isteri pejabat senior. Sesaat kemudian, isak tangis itu meledak dan memecah kesunyian gedung pesta. Para tamu yang ikut tertawa bahagia mendadak jadi diam menunggu apa gerangan yang bakal terjadi. Sang pejabat tampak kikuk dan kebingungan. Lalu ia mendekati isterinya dan bertanya “Mengapa engkau menangis, isteriku?”
Setelah tangisan reda, sang isteri menjelaskan “Suamiku…sudah 50 tahun usia pernikahan kita. Selama itu, aku telah dengan melayani dalam duka dan suka tanpa pernah mengeluh. Demi kasihku kepadamu, aku telah rela selalu makan kepala dan ekor ikan emas selama 50 tahun ini. Tapi sungguh tak kusangka, di hari istimewa ini engkau masih saja memberiku bagian yang sama. Ketahuilah suamiku, itulah bagian yang paling tidak aku sukai.” tutur sang isteri.
Pejabat senior terdiam dan terpana sesaat. Lalu dengan mata berkaca-kaca pula, ia berkata kepada isterinya,” Isteriku yang tercinta…50 tahun yang lalu saat aku masih miskin, kau bersedia menjadi isteriku. Aku sungguh-sungguh bahagia dan sangat mencintaimu. Sejak itu aku bersumpah pada diriku sendiri, bahwa seumur hidup aku akan bekerja keras, membahagiakanmu, membalas cinta kasih dan pengorbananmu.”
Sambil mengusap air matanya, pejabat senior itu melanjutkan, “Demi Tuhan, setiap makan ikan emas, bagian yang paling aku sukai adalah kepala dan ekornya. Tapi sejak kita menikah, aku rela menyantap bagian tubuh ikan emas itu. Semua kulakukan demi sumpahku untuk memberikan yang paling berharga buatmu.”
Sang pejabat terdiam sejenak, lalu ia melanjutkan lagi “Walaupun telah hidup bersama selama 50 tahun dan selalu saling mencintai, ternyata kita tidak cukup saling memahami. Maafkan saya, hingga detik ini belum tahu bagaimana cara membuatmu bahagia.” Akhirnya, sang pejabat memeluk isterinya dengan erat. Tamu-tamu terhormat pun tersentuh hatinya melihat keharuan tadi dan mereka kemudian bersulang untuk menghormati kedua pasangan tersebut.
Moral cerita diatas:
Bisa saja, sepasang suami - isteri saling mencintai dan hidup serumah selama bertahun-tahun lamanya. Tetapi jika di antaranya tidak ada saling keterbukaan dalam komunikasi, maka kemesraan mereka sesungguhnya rawan dengan konflik. Kebiasaan memendam masalah itu cukup riskan karena seperti menyimpan bom waktu dalam keluarga. Kalau perbedaan tetap disimpan sebagai ganjalan dihati, tidak pernah dibiacarakan secara tulus dan terbuka, dan ketidakpuasan terus bermunculan, maka konflik akan semakin tak tertahankan dan akhirnya bisa meledak. Jika keadaan sudah seperti ini, tentulah luka yang ditimbulkan akan semakin dalam dan terasa lebih menyakitkan.
Kita haruslah selalu membangun pola komunikasi yang terbuka dengan dilandasi kasih, kejujuran, kesetiaan, kepercayaan, pengertian dan kebiasaan berpikir positif.
Saat bertemu orang yang pernah salah-paham padamu, gunakan saat tersebut untuk menjelaskannaya. Karena engkau mungkin hanya punya satu kesempatan itu saja untuk menjelaskan.
Setelah berbagai macam hiburan ditampilkan, sampailah pada puncak acara, yaitu jamuan makan malam yang sangat mewah. Sebelum menikmati kamuan tersebut, seluruh hadirin mengikuti prosesi penyerahan hidangan istimewa dari sang pejabat istana kepada istri tercinta. Hidangan itu tak lain adalah sepotong ikan emas yang diletakkan di sebuah piring besar yang mahal. Ikan emas itu dimasak langsung oleh koki kerajaan yang sangat terkenal.
“Hadirin sekalian, ikan emas ini bukanlah ikan yang mahal. Tetapi, inilah ikan kegemaran kami berdua, sejak kami menikah dan masih belum punya apa-apa, sampai kemudian di usia perkawinan kami yang ke-50 serta dengan segala keberhasilan ini. Ikan emas ini tetap menjadi simbol kedekatan, kemesraan, kehangatan, dan cinta kasih kami yang abadi,” kata sang pejabat senior dalam pidato singkatnya.
Lalu, tibalah detik-detik yang istimewa yang mana seluruh hadirin tampak khidmat menyimak prosesi tersebut. Pejabat senior istana mengambil piring, lalu memotong bagian kepala dan ekor ikan emas. Dengan senyum mesra dan penuh kelembutan, ia berikan piring berisikan potongan kepala dan ekor ikan emas tadi kepada isterinya. Ketika tangan sang isteri menerima piring itu, serentak hadirin bertepuk tangan dengan meriah sekali. Untuk beberapa saat, mereka tampak ikut terbawa oleh suasana romantis, penuh kebahagiaan, dan mengharukan tersebut.
Namun suasana tiba-tiba jadi hening dan senyap. Samar-samar terdengar isak tangis si isteri pejabat senior. Sesaat kemudian, isak tangis itu meledak dan memecah kesunyian gedung pesta. Para tamu yang ikut tertawa bahagia mendadak jadi diam menunggu apa gerangan yang bakal terjadi. Sang pejabat tampak kikuk dan kebingungan. Lalu ia mendekati isterinya dan bertanya “Mengapa engkau menangis, isteriku?”
Setelah tangisan reda, sang isteri menjelaskan “Suamiku…sudah 50 tahun usia pernikahan kita. Selama itu, aku telah dengan melayani dalam duka dan suka tanpa pernah mengeluh. Demi kasihku kepadamu, aku telah rela selalu makan kepala dan ekor ikan emas selama 50 tahun ini. Tapi sungguh tak kusangka, di hari istimewa ini engkau masih saja memberiku bagian yang sama. Ketahuilah suamiku, itulah bagian yang paling tidak aku sukai.” tutur sang isteri.
Pejabat senior terdiam dan terpana sesaat. Lalu dengan mata berkaca-kaca pula, ia berkata kepada isterinya,” Isteriku yang tercinta…50 tahun yang lalu saat aku masih miskin, kau bersedia menjadi isteriku. Aku sungguh-sungguh bahagia dan sangat mencintaimu. Sejak itu aku bersumpah pada diriku sendiri, bahwa seumur hidup aku akan bekerja keras, membahagiakanmu, membalas cinta kasih dan pengorbananmu.”
Sambil mengusap air matanya, pejabat senior itu melanjutkan, “Demi Tuhan, setiap makan ikan emas, bagian yang paling aku sukai adalah kepala dan ekornya. Tapi sejak kita menikah, aku rela menyantap bagian tubuh ikan emas itu. Semua kulakukan demi sumpahku untuk memberikan yang paling berharga buatmu.”
Sang pejabat terdiam sejenak, lalu ia melanjutkan lagi “Walaupun telah hidup bersama selama 50 tahun dan selalu saling mencintai, ternyata kita tidak cukup saling memahami. Maafkan saya, hingga detik ini belum tahu bagaimana cara membuatmu bahagia.” Akhirnya, sang pejabat memeluk isterinya dengan erat. Tamu-tamu terhormat pun tersentuh hatinya melihat keharuan tadi dan mereka kemudian bersulang untuk menghormati kedua pasangan tersebut.
Moral cerita diatas:
Bisa saja, sepasang suami - isteri saling mencintai dan hidup serumah selama bertahun-tahun lamanya. Tetapi jika di antaranya tidak ada saling keterbukaan dalam komunikasi, maka kemesraan mereka sesungguhnya rawan dengan konflik. Kebiasaan memendam masalah itu cukup riskan karena seperti menyimpan bom waktu dalam keluarga. Kalau perbedaan tetap disimpan sebagai ganjalan dihati, tidak pernah dibiacarakan secara tulus dan terbuka, dan ketidakpuasan terus bermunculan, maka konflik akan semakin tak tertahankan dan akhirnya bisa meledak. Jika keadaan sudah seperti ini, tentulah luka yang ditimbulkan akan semakin dalam dan terasa lebih menyakitkan.
Kita haruslah selalu membangun pola komunikasi yang terbuka dengan dilandasi kasih, kejujuran, kesetiaan, kepercayaan, pengertian dan kebiasaan berpikir positif.
Saat bertemu orang yang pernah salah-paham padamu, gunakan saat tersebut untuk menjelaskannaya. Karena engkau mungkin hanya punya satu kesempatan itu saja untuk menjelaskan.
Langganan:
Postingan (Atom)