1. MENCIUM TANGAN ORANG TUA
Mencium tangan orang tua (salim) merupakan suatu bentuk rasa hormat kita kepada orang yang lebih tua. Rasa hormat kepada orang tua sudah mulai luntur dikalangan generasi muda, entah apa penyebabnya, mungkin dikarenakan pergaulan anak-anak muda saat ini yang semakin hari semakin melenceng dari norma-norma yang ada, hal inilah yang menyebabkan budaya mencium tangan orang tua sudah mulai ditinggalkan. Misalnya pada saat akan berangkat ke sekolah, jarang sekali seorang anak mencium tangan orang tuannya, begitu pula pada saat pulang dari sekolah, pada saat akan berangkat ke sekolah mereka biasanya langsung berangkat begitu saja, terkadang pula mereka tidak berpamitan dan langsung berangkat begitu saja tanpa berpamitan terlebih dahulu, hal ini tentunya sudah jauh dari adat kesopanan sebagaimana adat ketimuran yang dianut masyarakat indonesia. Banyak anak muda saat ini sudah mulai meninggalkan kebiasaan ini, mereka menganggap bahwa mencium tangan orang tua sudah bukan zamannya lagi.
2. BERTEGUR SAPA
Zaman sekarang ini, budaya bertegur sapa sudah sangat kurang diamalkan. Banyak sekali masyarakat yang enggan memberikan senyum meskipun dengan tetangganya. Padahal senyum merupakan tegur sapa yang dapat menambahkan rasa keakraban dengan orang lain disekitar kita. Budaya ini seharusnya jangan sampai hilang, karena tegur sapa merupakan ciri khas budaya orang timur. Lagipula tidak ada ruginya, bila kita melakukan hal ini, toh juga bermanfaat bagi kita sendiri karena senyum itu adalah ibadah.
3. PENGGUNAAN TANGAN KANAN
Bila di luar negeri menggunakan tangan kiri untuk berjabat
tangan, memberi dan menerima sesuatu bukanlah sebuah persoalan, lain
halnya dengan budaya kita. Budaya kita mengajarkan untuk melakukan sesuatu yang
baik dengan menggunakan tangan kanan (kecuali bila kidal sejak lahir). Penggunaan tangan kiri untuk melakukan sesuatu, kini
dipandang oleh banyak orang khususnya kaum muda sebagai sesuatu yang sama
baiknya dengan penggunaan tangan kanan. Padahal penggunaan tangan kanan menyangkut norma kesopanan yang bangsa
kita anut perihal hal-hal yang
berkenaan dengan bagaimana seseorang harus bertingkah laku yang wajar dalam
kehidupan bermasyarakat.
4. MUSYAWARAH
Budaya musyawarah sudah mulai jarang kita temui khususnya di kota-kota besar. Sebagian besar penduduk di kota besar menomor satukan egonya masing-masing, untuk memarekan hal-hal yang tidak begitu penting, ingin menjadi pemimpin dari suatu kelompok atau bahkan main hakim sendiri. Mereka saling menjatuhkan satu sama lain, tidak mau kalah dalam soal pendapat dan hal-hal lainnya.
5. GOTONG - ROYONG
Negara Indonesia terkenal dengan sifat masyarakatnya yang suka
bergotong royong. Namun seiring perkembangan zaman, kebiasaan baik ini mulai
luntur. Padahal gotong royong
merupakan suatu kegiatan sosial yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia sejak
dari dahulu. Kebanyakan masyarakat di kota besar, biasanya mereka meninggalkan tradisi yang baik ini, mereka
tinggal membayar orang untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang menurut mereka
tidak terlalu penting. Padahal dengan bergotong royong mereka bisa lebih akrab
atau lebih kekeluargaan, dan bisa menjalin silahturahmi dengan warga-warga lain
yang jika hari-hari biasa tidak atau jarang bertemu. Bergotong royong merupakan
salah satu cermin yang membuat Indonesia bersatu dari sabang hingga
merauke,walaupun berbeda agama,suku dan warna kulit tetapi kita tetap menjadi
kesatuan yang kokoh.
Untuk itu sebagai generasi penerus bangsa usahakan kita juga ikut
serta dalam melestarikan budaya bangsa yang mulai hilang ini. Supaya
nilai-nilai budayabangsa tetap melekat pada diri masyarakat, karena nilai-nilai
budaya ini merupakan identitas bangsa indonesia yang masih sangat menjunjung
tinggi nilai-nilai kearifan dan kesopanan, sebagai generasi pemuda kita harus
mampu menumbuhkan nilai-nilai kesopanan dalam masyarakat, selalu menghormati
orang tua adalah bentuk dari rasa terimakasih kita kepada orang tua, untuk itu
selalu junjung tinggi nilai-nilai serta budaya-budaya yang ada pada negara kita
ini agar budaya-budaya kita tidak tergerus jaman yang serba modern ini,
sehingga budaya kita dapat kita turunkan pada anak cucu kita kelak.
di desa kami setelah didirikan pondok, justru malah menambah keresahan masyarakat sekitar pondok, mereka remaja2 khususnya para santri justru tidak memberikan rasa aman, nyaman, tentram terhadap masyarakat tapi malah sebaliknya mereka suka membuat kegaduhan di waktu malam hari dimana masyarakat sudah pada tidur, dan hal ini dirasakan oleh masyarakat sekitar dengan cerita mereka sendiri, bahkan pada suatu malam kepala desa-nya pun yang berjarak sangat dekat mendatanginya lalu menegurnya untuk tidak mengganggu istirahat malam mereka karena memang mereka hampir tiap malam membuat kegaduhan. yang jadi pertanyaan adalah siapa yang salah, apakah mereka tidak dijejali pendidikan moral, ahlaq, budi pekerti selama ini,, atau karna memang anaknya yang sudah tidak memperhatikan pendidikan ahlaq di tempatnya, trimakasih.
BalasHapusdi desa kami setelah didirikan pondok, justru malah menambah keresahan masyarakat sekitar pondok, mereka remaja2 khususnya para santri justru tidak memberikan rasa aman, nyaman, tentram terhadap masyarakat tapi malah sebaliknya mereka suka membuat kegaduhan di waktu malam hari dimana masyarakat sudah pada tidur, dan hal ini dirasakan oleh masyarakat sekitar dengan cerita mereka sendiri, bahkan pada suatu malam kepala desa-nya pun yang berjarak sangat dekat mendatanginya lalu menegurnya untuk tidak mengganggu istirahat malam mereka karena memang mereka hampir tiap malam membuat kegaduhan. yang jadi pertanyaan adalah siapa yang salah, apakah mereka tidak dijejali pendidikan moral, ahlaq, budi pekerti selama ini,, atau karna memang anaknya yang sudah tidak memperhatikan pendidikan ahlaq di tempatnya, trimakasih.
BalasHapus